Rabu, 17 Juli 2013

Pribadi Menyejarah



Di hari kepulangan Bapak Tarmizi Abdul Karim mantan Pj Gubernur Kalimantan Timur, kembali ke Jakarta setelah bertugas selama 5 bulan 17 hari saya mengirimkan saya kepada beliau yang isinya kurang lebih seperti berikut ini: 

“Usia manusia terdiri dari usia biologis dan usia historis. Usia biologi terhenti seiring dengan selesainya jatah hidup kita di dunia ini sedangkan usia histories akan tetap hidup walau jasad telah berkalang tanah. Usia histori tetap hidup ketika kita emninggalkan atau mewariskan kebaikan kepada orang lain. Meninggalkan amal-amal keteladanan yang bukan hanya diingat tapi juga ditiru. Akan tetapi tidak semua melukis usia historisnya dengan baik. 5 bulan 17 hari mungkin waktu yang singkat tapi disana bertabur pelajaran dan sejarah kearifan bagi Kaltim yang ’gersang’ dengan model kepemimpinan rakyat selama ini. Alangkah lengkapnya jika 5 bulan 17 hari dibuat memorial berbentuk buku agar bisa menjadi pelajaran bagi generasi selanjutnya. Selamat jalan semoga allah swt selalu memberikan kebaikanNya”. 

Keberadaan kita di dunai ini akan dilupakan seiring dengan berakhirnya ’tugas’ kita sebagai manusia. Tetapi ada orang yang membuat dirinya tetap hidup walau ’tugas’ hidupnya telah berakhir. Diri akan tetap tetap hidup ketika kita mampu merebut hati manusia dengan menebar manfaat kepada orang lain. Melakukan amal-amall jariyah seperti membelanjakan harta atau menyebarkan ilmu kepada sesama. Dengan itu diri kita akan tetap diingat bahkan di teladani orang lain. Jika kita selalu memberi dan berbagi kepada orang lain, maka keberadaan kita selalu dinanti. Sehingga adanya kita memberi manfaat dan ketiadaan kita selalu dirundui. Kebaikan-kebaikan tersebut bukan hanya di kenang akan tetapi juga hidup di hati-hati manusia bahkan di tiru. Itulah pribadi-pribadi menyejarah yang membahagiakan. 

Alangkah celakannya kalau orang mengingat kita karena kejelekan-kejelekan yang kita tinggalkan. Sungguh meruginya kita kalau orang ingat karena kekikiran atau karena ketamakan kita dengan dunia sebagaimana kekikiran dan ketamakan Qorun sebagaimana diceritakan Allah swt di dalam Al Qur’an. Ketika Allah swt memerintahkan kepada qorun untuk mengeluarkan zakat sebagian rizqi yang Allah anugerahkan kepadanya, dengan sombong ia berkata ”ini adalah hasil kerjaku bukan dari Allah swt’. Karena kekikirannya Allah swt tenggelamkan beserta kekayaanya di perut bumi. Itulah pribadi menyejarah yang merugikan. 

Marilah..., kita hidupkan kepribadian yang menyejarah dengan menebar kepedulian. Kepeduliaan yang dibangun karena iman dan cinta sehingga berbuah kemanfaatn bagi orang banyak. Jika menghidupkan pribadi yang menyejarah menghadirkan kemuliaan, meletupkan cinta kepada sesama maka saatnya kita mulai menebar peduli denga cinta dan cita. Menjadi orang yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain….! Kalau bukan kita siapa lagi. SEMOGA!!!

(Sumadi, Direktur LAZ DPU Kaltim)

0 komentar:

Posting Komentar